Minggu, 18 November 2012

Entamoeba histolytica

Entamoeba histolytica
Entamoeba histolytica merupakan salah satu spesies dari Rhizopoda. Pertama kali ditemukan oleh Losch pada tahun 1875 dari tinja seorang penderita disentri di Rusia. Schaudinn berhasil membedakannya dengan Entamoeba coli yan merupakan parasit komersial di dalam usus besar. Pada tahun 1913, Walker dan Sellards membuktikan bahwa Entamoeba histolytica merupakan penyebab penyakit koletis amebic (Srisasi Gandahusada, dkk, 2006).[1]

        Entamoeba histolytica termasuk kelas archamoebae filum amoebozoa. Ini adalah hewan parasit bersel tunggal yaitu protozoa, terutama yang menginfeksi manusia dan primata lainnya. Protozoa ini membutuhkan hospes intermediet  untuk menginfeksi hospes definitifnya yaitu kucing dan anjing. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa ini disebut amoebiasis.
Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus hidupnya, yaitu bentuk pasif (kista), yang bentuk umumnya bulat dengan dinding kista dari hialin, dan   bentuk aktif (trofozoit), dimana trofozoit ini dapat berkembangbiak dan aktif mencari makanan menggunakan pseudopodinya sehingga bentuknya tidak tetap, ektioplasmanya jernih, sedangkan endoplasmanya berbutir-butir (granuler) .Trofozoit hidup di dalam dinding usus atau hidup diantara isi usus dan memakan bakteri.  Bila terjadi infeksi, trofozoit bisa menyebabkan diare, yang juga akan membawa trofozoit keluar dari tubuh kita. Di luar tubuh manusia, trofozoit yang rapuh akan mati.  Jika pada saat infeksi seseorang tidak mengalami diare, trofozoit biasanya akan berubah menjadi kista sebelum keluar dari usus. Kista merupakan bentuk yang lebih kuat dan bisa menyebar, baik secara langsung dari orang ke orang, atau secara tidak langsung melalui air maupun makanan.  Penularan langsung terjadi melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi.  Penyakit ini paling sering ditemukan pada masyarakat yang tinggal di negara berkembang, yang derajat kesehatan lingkungannya buruk.
Buah-buahan dan sayuran bisa terkontaminasi jika tumbuh di dalam tanah yang diberikan pupuk kotoran manusia, atau dicuci dengan air yang terkontaminasi atau diolah/disajikan oleh seseorang yang terinfeksi.  Penyakit ini juga ditemukan pada orang yang telah mengadakan perjalanan ke negara berkembang dan pada pria homoseksual.
DISTRIBUSI GEOGRAFIK
Amebiasis terdapat di seluruh dunia atau bersifat kosmopolit. Parasit ini terutama ada di daerah tropic dan daerah beriklim sedang (Srisasi Gandahusada, dkk, 2003).
DAUR HIDUP
Daur hidup E. histolytica sangat sederhana, dimana parasit ini didalam usus besar akan memperbanyak diri. Dari sebuah kista akan terbentuk 8 tropozoit yang apabila tinja dalam usus besar konsistensinya padat maka, tropozoit langsung akan terbentuk menjadi kista dan dikeluarkan bersama tinja, sementara apabila konsistensinya cair maka, pembentukan kista terjadi diluar tubuh. (Brotowidjoyo,1987).
Amoebiasis terdapat diseluruh dunia (kosmopolit) terutama didaerah tropik dan daerah beriklim sedang. Dalam daur hidupya Entamoeba histolytica memiliki 3 stadium yaitu:
1. Bentuk histolitika.
2. Bentuk minuta
3. Bentuk kista
Bentuk histolitika dan bentuk minuta adalah bentuk rofozoit. Perbedaan antara kedua bentuk tropozoit tersebut adalah bahwa bentuk histolytika bersifat fatogendan mempunyai ukuran yang lebih besar dari bentuk minuta. Bentuk histolitika berukuran 20 – 40 mikron, mempunyai inti entamoeba yang terdapat di endoplasma.Ektoplasma bening homogen terdapat di bagian tepi sel, dapat dilihat dengan nyata.Pseudopodium yang dibentuk dari ektoplasma, besar dan lebih seperti daun, dibentuk dengan mendadak, pergerakannya cepat. Endoplasma berbutir halus, biasanya tidak mengandung bakteri atau sisa makanan, tetapi mengandung sel darah merah. Bentuk histolytica ini patogen dan dapat hidup dijaringan usus besar, hati, paru, otak, kulit dan vagina. Bentuk ini berkembang biak secara belah pasang di jaringan dan dapat merusak jaringan tersebut sesuai dengan nama spesiesnya Entomoeba histolitica (histo= jaringan, lysis = hancur).
Bentuk minuta adalah bentuk pokok esensial, tanpa bentuk minuta daur hidup tidak dapat berlangsung, besarnsya 10-20 mikron. Inti entamoeba terdapat di endoplasma yang berbutir-butir. Endoplasma tidak mengandung sel darah merah tetapi mengandung bakteri dan sisa makanan. Ektoplasma tidak nyata, hanya tampak bila membentuk pseudopodium. Pseudopodium dibentuk perlahan-lahan sehingga pergerakannya lambat. Bentuk minuta berkembang biak secara belah pasang dan hidup sebagai komensal di rongga usus besar, tetapi dapat berubah menjadi bentuk histolitika yang patogen.
Bentuk kista dibentuk di rongga usus besar, besamya 10 -20 mikron, berbentuk bulat lonjong, mempunyai dinding kista dan ada inti entamoeba. Dalam tinja bentuk ini biasanya berinti 1 atau 2, kadang-kadang terdapat yang berinti 2. Di endoplasma terdapat benda kromatoid yang besar, menyerupai lisong dan terdapat juga vakuol glikogen. Benda kromatoid dan vakuol glikogen dianggap sebagai makanan cadangan, karena itu terdapat pada kista muda. Pada kista matang, benda kromatoid dan vakuol glikogen biasanya tidak ada lagi. Bentuk kista ini tidak patogen, tetapi dapat merupakan bentuk infektif.
Entamoeba histolytica biasanya hidup sebagai bentuk minuta di rongga usus besar manusia, berkembang biak secara belah pasang, kemudian dapat membentuk dinding dan berubah menjadi bentuk kista. Kista dikeluarkan bersama tinja. Dengan adanya dinding kista, bentuk kista dapat bertahan terhadap pengaruh buruk di luar tubuh manusia (Rasmaliah, 2003)


Gambar siklus hidup Entamoeba histolytica
Pengaruh terhadap inang
Infeksi protozoa ini  dapat menyebabkan disentri amuba atau amuba abses hati . Gejala dapat termasuk disentri fulminan, diare berdarah, penurunan berat badan, kelelahan, sakit perut, dan amoeboma . Amuba dapat masuk ke dalam dinding usus, menyebabkan lesi dan gejala usus, dan dapat mencapai aliran darah. Dari sana, ia dapat mencapai organ-organ vital yang berbeda dari tubuh manusia, biasanya hati, tapi kadang-kadang paru-paru, otak, limpa, dll Sebuah hasil umum dari invasi jaringan adalah abses hati, yang bisa berakibat fatal jika tidak diobati. Tertelan sel darah merah kadang-kadang terlihat dalam sitoplasma sel amuba.
Lesi intestinal
Terjadi pertama didaerah caecum, appendix, colon ascenden dan berkembang ke colon lainnya. Bila sejumlah parasit ini menyerang mukosa akan menimbulkan ulcus(borok), yang mempercepat kerusakan mukosa. Lapisan muskularis usus biasanya lebih tahan. Biasanya lesi akan terhenti didaerah membran basal dari muskularis mukosa dan kemudian terjadi erosi lateral dan berkembang menjadi nekrosis. Jaringan tersebut akan cepat sembuh bila parasit tersebut dihancurkan (mati). Pada lesi awal biasanya tidak terjadi komplikasi dengan bakteri. Pada lesi yang lama (kronis) akan diikuti infeksi sekunder oleh bakteri dan dapat merusak muskularis mukosa, infiltrasi ke sub-mukosa dan bahkan berpenetrasi ke lapisan muskularis dan serosa.
Terjadinya kasus trophozoit terbawa aliran darah dan limfe ke lokasi lain dari tubuh, menyebabkan terjadinya lesi pada organ lain. Tingginya angka kematian karena penyakit ini disebabkan oleh robeknya colon bersamaan dengan terjadinya peritonitis. Lesi sekunder pada organ lain dapat pula ditemukan tetapi lebih sering dijumpai lesi pada hati (sekitar 5% dari kasus amebiasis).
Lesi pada hati
Hal ini terjadi bila trophozoit masuk kedalam venula mesenterika dan bergerak ke hati melalui sistem vena porta hepatis, kemudian masuk melalui kapiler darah portal menuju sinusoid hati dan akhirnya membentuk absces. Besarnya absces cukup bervariasi dari bentuk titik yang kemudian membesar sampai seperti buah anggur. Ditengah absces akan terlihat adanya cairan nekrosis, ditengahnya ada sel stroma hati dan bagian luarnya terlihat jaringan hati yang ditempeli oleh ameba. Bilamana absces pecah serpihan absces akan tersebar dan menginfeksi jaringan lainnya.
Lesi jaringan lainnya
Lesi pada jaringan lainnya seperti lesi pulmonaris (paru), otak, kulit dan penis, terjadi karena metastasis dari jaringan hati. Dimana semua kasus terjadi berasal dari absces jaringan hati.[2]
GEJALA
Bentuk klinis yang dikenal ada dua, yaitu amebiasis intestinal dan amebiasis ekstra intestinal. Amebiasis kolon intestinal terdiri dari amebasis kolon akut dan amebasis kolon menahun. Amebasis kolon akut gejalanya berlangsung kurang dari satu bulan, biasa disebut disentri ameba memiliki gejala yang jelas berupa sindrom disentri. Amebasis kolon menahun gejalanya berlangsung lebih dari satu bulan, disebut juga koletis ulserosa amebic, gejalanya bersifat ringan dan tidak begitu jelas.
Amebasis ekstra intestinal terjadi jika amebasis kolon tidak diobati. Dapat terjadi secara hematogen, melalui aliran darah atau secara langsung. Hematogen terjadi bila amoeba telah masuk di submukosa porta ke hati dan menimbulkan abses hati, berisi nanah warna coklat. Cara langsung terjadi bila abses hati tidak diobati sehingga abses pecah, dan abses yang keluar mengandung ameba yang dapat menyebar kemana-mana.[3]
Amebasis ekstra intestinal

Gejala disentri amoeba dapat bervariasi, mulai rasa tidak enak di perut hingga diare. Gejala yang khas adalah sindroma disentri, yakni kumpulan gejala gangguan pencernaan yang meliputi diare berlendir dan berdarah.
Kebanyakan penderita, terutama yang tinggal di daerah beriklim sedang, tidak menunjukkan gejala. Kadang-kadang gejalanya samar-samar, sehingga hampir tidak diketahui. Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit, banyak buang gas (flatulensi) dan kram perut. Bila disentuh perut akan terasa nyeri dan tinja bisa mengandung darah serta lendir. Bisa terjadi demam ringan. Diantara serangan, gejala-gejala tersebut berkurang menjadi kram berulang dan tinja menjadi sangat lunak. Sering terjadi penurunan berat badan dan anemia. Bila trofozoit menyusup ke dalam dinding usus akan terbentuk suatu benjolan besar (ameboma). Ameboma bisa menyumbat usus dan sering disalah-artikan sebagai kanker. Kadang trofozoit menyebabkan perlubangan pada dinding usus. Jika isi usus sampai masuk ke dalam rongga perut akan terjadi nyeri perut yang hebat dan infeksi perut (peritonitis). Invasi trofozoit ke usus buntu dan usus di sekelilingnya bisa menyebabkan apendisitis (peradangan usus buntu) ringan. Pembedahan yang dilakukan untuk mengatasi apendisitis bisa menyebarkan trofozoit ke seluruh perut. Oleh karena itu, pembedahan bisa ditunda sampai 48-72 jam dan selama itu diberikan obat-obatan untuk membunuh trofozoit.
Di dalam hati bisa terbentuk suatu abses yang berisi trofozoit.  Gejalanya adalah nyeri atau rasa tidak nyaman di daerah hati, demam yang hilang-timbul, berkeringat, menggigil, mual, muntah, kelemahan, penurunan berat badan dan kadang sakit kuning (jaundice) ringan.
Kadang-kadang trofozoit menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di paru-paru, otak serta organ lainnya.  Kulit juga bisa terinfeksi, terutama kulit di sekitar bokong dan alat kelamin. Selain itu infeksi juga bisa terjadi pada luka karena pembedahan atau luka karena cedera.[4]
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita.
Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja, karena itu biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali.
Suatu protoskop bisa digunakan untuk melihat bagian dalam rektum dan untuk mengambil contoh jaringan ulkus (luka terbuka) yang ditemukan disana.
Pada abses hati, kadar antibodi terhadap parasit hampir selalu tinggi.
Antibodi ini bisa tetap berada dalam darah selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, karena itu kadar antibodi yang tinggi tidak selalu menunjukkan adanya abses pada saat ini.
Jika diduga telah terbentuk abses hati, diberikan obat pemusnah amuba.[5]
Pengobatan
  • Metronidazol untuk trophozoites invasif PLUS amoebicide lumenal bagi mereka yang masih dalam usus.
  • Paromomycin (Humatin) adalah obat luminal pilihan, paromomycin (Humatin) harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan kolitis, seperti yang baik nefrotoksik dan ototoxic. Penyerapan melalui dinding yang rusak dari saluran usus dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen dan kerusakan ginjal.
  • Diberikan obat pembasmi amuba per-oral (melalui mulut), seperti iodokuinol, paromomisin dan diloksanid, yang akan membunuh parasit di dalam usus.
  • Untuk penyakit yang berat dan penyakit di luar usus, diberikan metronidazol atau desidroemetin.
  • Tinja diperiksa ulang dalam waktu 1,3 dan 6 bulan setelah pengobatan, untuk memastikan bahwa penderita telah sembuh.
Dosis
Dosis anjuran: Metronidazole 750 mg tid oral, selama 5 sampai 10 hari paromomycin DIIKUTI 30 mg / kg / hari oral dalam 3 dosis sama selama 5 sampai 10 hari atau 500 mg.
Pencegahan
Cara untuk mencegah agar tidak menderita gangguan yang disebabkan oleh Entamoeba histolitica antara lain sebagai berikut:
  • Jagalah kebersihan dengan mencuci tangan sebelum makan.[6]
·         Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging ikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
·         Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
·         Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
·         Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
·         Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya dengan obat cacing.
·         Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat ke rumah sakit.
·         Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali, tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.[7]

3 komentar:

  1. mohon bantuaanya kenapa entamoba histolitica yang paling berbahaya? apakah ada kandungan di stuktur selnya yng membahayakan?

    BalasHapus
  2. mohon bantuaanya kenapa entamoba histolitica yang paling berbahaya? apakah ada kandungan di stuktur selnya yng membahayakan?

    BalasHapus