Entamoeba histolytica
Entamoeba histolytica
merupakan salah satu spesies dari Rhizopoda. Pertama kali ditemukan
oleh Losch pada tahun 1875 dari tinja seorang penderita disentri di Rusia.
Schaudinn berhasil membedakannya dengan Entamoeba coli yan merupakan
parasit komersial di dalam usus besar. Pada tahun 1913, Walker dan Sellards
membuktikan bahwa Entamoeba histolytica merupakan penyebab penyakit
koletis amebic (Srisasi Gandahusada, dkk, 2006).[1]
Entamoeba
histolytica termasuk kelas archamoebae filum
amoebozoa. Ini adalah hewan parasit bersel tunggal yaitu protozoa, terutama
yang menginfeksi manusia dan primata lainnya. Protozoa ini membutuhkan hospes
intermediet untuk menginfeksi hospes definitifnya yaitu kucing dan
anjing. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa ini disebut amoebiasis.
Parasit
ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus hidupnya, yaitu bentuk pasif (kista), yang bentuk umumnya bulat dengan dinding kista dari
hialin, dan bentuk aktif
(trofozoit), dimana trofozoit
ini dapat berkembangbiak dan aktif mencari makanan menggunakan pseudopodinya
sehingga bentuknya tidak tetap, ektioplasmanya jernih, sedangkan endoplasmanya
berbutir-butir (granuler) .Trofozoit hidup di dalam dinding
usus atau hidup diantara isi usus dan memakan bakteri. Bila terjadi infeksi, trofozoit bisa
menyebabkan diare, yang juga akan membawa trofozoit keluar dari tubuh kita. Di
luar tubuh manusia, trofozoit yang rapuh akan mati. Jika pada saat infeksi seseorang tidak
mengalami diare, trofozoit biasanya akan berubah menjadi kista sebelum keluar
dari usus. Kista merupakan bentuk yang lebih kuat dan bisa menyebar, baik
secara langsung dari orang ke orang, atau secara tidak langsung melalui air
maupun makanan. Penularan langsung
terjadi melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi. Penyakit ini paling sering ditemukan pada
masyarakat yang tinggal di negara berkembang, yang derajat kesehatan
lingkungannya buruk.
Buah-buahan
dan sayuran bisa terkontaminasi jika tumbuh di dalam tanah yang diberikan pupuk
kotoran manusia, atau dicuci dengan air yang terkontaminasi atau
diolah/disajikan oleh seseorang yang terinfeksi. Penyakit ini juga ditemukan pada orang yang
telah mengadakan perjalanan ke negara berkembang dan pada pria homoseksual.
DISTRIBUSI GEOGRAFIK
Amebiasis
terdapat di seluruh dunia atau bersifat kosmopolit. Parasit ini terutama ada di
daerah tropic dan daerah beriklim sedang (Srisasi Gandahusada, dkk, 2003).
DAUR HIDUP
Daur
hidup E. histolytica sangat
sederhana, dimana parasit ini didalam usus besar akan memperbanyak diri. Dari
sebuah kista akan terbentuk 8 tropozoit yang apabila tinja dalam usus besar
konsistensinya padat maka, tropozoit langsung akan terbentuk menjadi kista dan
dikeluarkan bersama tinja, sementara apabila konsistensinya cair maka,
pembentukan kista terjadi diluar tubuh. (Brotowidjoyo,1987).
Amoebiasis
terdapat diseluruh dunia (kosmopolit) terutama didaerah tropik dan daerah beriklim sedang. Dalam
daur hidupya Entamoeba histolytica
memiliki 3 stadium
yaitu:
1. Bentuk histolitika.
2. Bentuk minuta
3. Bentuk kista
Bentuk
histolitika dan bentuk minuta adalah bentuk rofozoit. Perbedaan antara kedua bentuk tropozoit tersebut
adalah bahwa bentuk histolytika bersifat fatogendan mempunyai ukuran yang lebih
besar dari bentuk minuta. Bentuk histolitika
berukuran
20 – 40 mikron, mempunyai inti entamoeba yang terdapat di endoplasma.Ektoplasma
bening homogen terdapat di bagian tepi sel, dapat dilihat dengan
nyata.Pseudopodium yang dibentuk dari ektoplasma, besar dan lebih seperti daun,
dibentuk dengan mendadak, pergerakannya cepat. Endoplasma berbutir halus,
biasanya tidak mengandung bakteri atau sisa makanan, tetapi mengandung sel
darah merah. Bentuk histolytica ini patogen dan dapat hidup dijaringan usus
besar, hati, paru, otak, kulit dan vagina. Bentuk ini berkembang biak secara
belah pasang di jaringan dan dapat merusak jaringan tersebut sesuai dengan nama
spesiesnya Entomoeba histolitica (histo= jaringan, lysis = hancur).
Bentuk
minuta adalah bentuk pokok esensial, tanpa bentuk minuta daur hidup tidak dapat
berlangsung, besarnsya
10-20 mikron. Inti entamoeba terdapat di endoplasma yang berbutir-butir.
Endoplasma tidak mengandung sel darah merah tetapi mengandung bakteri dan sisa
makanan. Ektoplasma tidak nyata, hanya tampak bila membentuk pseudopodium.
Pseudopodium dibentuk perlahan-lahan sehingga pergerakannya lambat. Bentuk
minuta berkembang biak secara belah pasang dan hidup sebagai komensal di rongga
usus besar, tetapi dapat berubah menjadi bentuk histolitika yang patogen.
Bentuk
kista dibentuk di rongga usus besar, besamya 10 -20 mikron, berbentuk bulat
lonjong, mempunyai dinding kista dan ada inti entamoeba. Dalam tinja bentuk ini
biasanya berinti 1 atau 2, kadang-kadang terdapat yang berinti 2. Di endoplasma
terdapat benda kromatoid yang besar, menyerupai lisong dan terdapat juga vakuol
glikogen. Benda kromatoid dan vakuol glikogen dianggap sebagai makanan
cadangan, karena itu terdapat pada kista muda. Pada kista matang, benda
kromatoid dan vakuol glikogen biasanya tidak ada lagi. Bentuk kista ini tidak
patogen, tetapi dapat merupakan bentuk infektif.
Entamoeba histolytica
biasanya hidup sebagai bentuk minuta di rongga usus besar manusia, berkembang
biak secara belah pasang, kemudian dapat membentuk dinding dan berubah menjadi
bentuk kista. Kista dikeluarkan bersama tinja. Dengan adanya dinding kista,
bentuk kista dapat bertahan terhadap pengaruh buruk di luar tubuh manusia
(Rasmaliah, 2003)
Gambar siklus
hidup Entamoeba
histolytica
Pengaruh terhadap inang
Infeksi protozoa ini dapat menyebabkan disentri amuba atau amuba abses hati . Gejala dapat termasuk disentri fulminan, diare
berdarah, penurunan berat badan, kelelahan, sakit perut, dan amoeboma . Amuba dapat masuk ke dalam dinding usus, menyebabkan
lesi dan
gejala usus, dan dapat mencapai aliran darah. Dari sana, ia dapat mencapai
organ-organ vital yang berbeda dari tubuh manusia, biasanya hati, tapi
kadang-kadang paru-paru, otak, limpa, dll Sebuah hasil umum dari invasi
jaringan adalah abses hati, yang bisa berakibat fatal jika tidak diobati.
Tertelan sel darah merah kadang-kadang terlihat dalam sitoplasma sel amuba.
Lesi
intestinal
Terjadi
pertama didaerah caecum, appendix, colon ascenden dan berkembang ke colon
lainnya. Bila sejumlah parasit ini menyerang mukosa akan menimbulkan
ulcus(borok), yang mempercepat kerusakan mukosa. Lapisan muskularis usus
biasanya lebih tahan. Biasanya lesi akan terhenti didaerah membran basal dari
muskularis mukosa dan kemudian terjadi erosi lateral dan berkembang menjadi
nekrosis. Jaringan tersebut akan cepat sembuh bila parasit tersebut dihancurkan
(mati). Pada lesi awal biasanya tidak terjadi komplikasi dengan bakteri. Pada
lesi yang lama (kronis) akan diikuti infeksi sekunder oleh bakteri dan dapat
merusak muskularis mukosa, infiltrasi ke sub-mukosa dan bahkan berpenetrasi ke
lapisan muskularis dan serosa.
Terjadinya
kasus trophozoit terbawa aliran darah dan limfe ke lokasi lain dari tubuh,
menyebabkan terjadinya lesi pada organ lain. Tingginya angka kematian karena
penyakit ini disebabkan oleh robeknya colon bersamaan dengan terjadinya
peritonitis. Lesi sekunder pada organ lain dapat pula ditemukan tetapi lebih
sering dijumpai lesi pada hati (sekitar 5% dari kasus amebiasis).
Lesi
pada hati
Hal ini terjadi bila trophozoit masuk kedalam venula
mesenterika dan bergerak ke hati melalui sistem vena porta hepatis, kemudian
masuk melalui kapiler darah portal menuju sinusoid hati dan akhirnya membentuk
absces. Besarnya absces cukup bervariasi dari bentuk titik yang kemudian
membesar sampai seperti buah anggur. Ditengah absces akan terlihat adanya
cairan nekrosis, ditengahnya ada sel stroma hati dan bagian luarnya terlihat
jaringan hati yang ditempeli oleh ameba. Bilamana absces pecah serpihan absces
akan tersebar dan menginfeksi jaringan lainnya.
Lesi
jaringan lainnya
Lesi pada jaringan lainnya seperti lesi pulmonaris
(paru), otak, kulit dan penis, terjadi karena metastasis dari jaringan hati.
Dimana semua kasus terjadi berasal dari absces jaringan hati.[2]
GEJALA
Bentuk
klinis yang dikenal ada dua, yaitu amebiasis intestinal dan amebiasis ekstra
intestinal. Amebiasis kolon intestinal terdiri dari amebasis kolon akut dan
amebasis kolon menahun. Amebasis kolon akut gejalanya berlangsung kurang dari
satu bulan, biasa disebut disentri ameba memiliki gejala yang jelas berupa
sindrom disentri. Amebasis kolon menahun gejalanya berlangsung lebih dari satu
bulan, disebut juga koletis ulserosa amebic, gejalanya bersifat ringan dan
tidak begitu jelas.
Amebasis
ekstra intestinal terjadi jika amebasis kolon tidak diobati. Dapat terjadi
secara hematogen, melalui aliran darah atau secara langsung. Hematogen terjadi
bila amoeba telah masuk di submukosa porta ke hati dan menimbulkan abses hati,
berisi nanah warna coklat. Cara langsung terjadi bila abses hati tidak diobati
sehingga abses pecah, dan abses yang keluar mengandung ameba yang dapat
menyebar kemana-mana.[3]
Amebasis
ekstra intestinal
|
Gejala disentri amoeba dapat
bervariasi, mulai rasa tidak enak di perut hingga diare. Gejala yang khas
adalah sindroma disentri, yakni kumpulan gejala gangguan pencernaan yang
meliputi diare berlendir dan berdarah.
Kebanyakan
penderita, terutama yang tinggal di daerah beriklim sedang, tidak menunjukkan
gejala. Kadang-kadang gejalanya samar-samar, sehingga hampir tidak diketahui.
Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit, banyak buang gas
(flatulensi) dan kram perut. Bila disentuh perut akan terasa nyeri dan tinja
bisa mengandung darah serta lendir. Bisa terjadi demam ringan. Diantara
serangan, gejala-gejala tersebut berkurang menjadi kram berulang dan tinja
menjadi sangat lunak. Sering terjadi penurunan berat badan dan anemia. Bila
trofozoit menyusup ke dalam dinding usus akan terbentuk suatu benjolan besar
(ameboma). Ameboma bisa menyumbat usus dan sering disalah-artikan sebagai
kanker. Kadang trofozoit menyebabkan perlubangan pada dinding usus. Jika isi
usus sampai masuk ke dalam rongga perut akan terjadi nyeri perut yang hebat dan
infeksi perut (peritonitis). Invasi trofozoit ke usus buntu dan usus di
sekelilingnya bisa menyebabkan apendisitis (peradangan usus buntu) ringan.
Pembedahan yang dilakukan untuk mengatasi apendisitis bisa menyebarkan
trofozoit ke seluruh perut. Oleh karena itu, pembedahan bisa ditunda sampai
48-72 jam dan selama itu diberikan obat-obatan untuk membunuh trofozoit.
Di
dalam hati bisa terbentuk suatu abses yang berisi trofozoit. Gejalanya adalah nyeri atau rasa tidak nyaman
di daerah hati, demam yang hilang-timbul, berkeringat, menggigil, mual, muntah,
kelemahan, penurunan berat badan dan kadang sakit kuning (jaundice) ringan.
Kadang-kadang
trofozoit menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di paru-paru,
otak serta organ lainnya. Kulit juga
bisa terinfeksi, terutama kulit di sekitar bokong dan alat kelamin. Selain itu
infeksi juga bisa terjadi pada luka karena pembedahan atau luka karena cedera.[4]
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh
tinja penderita.
Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja, karena itu biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali.
Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja, karena itu biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali.
Suatu protoskop bisa digunakan untuk melihat bagian dalam
rektum dan untuk mengambil contoh jaringan ulkus (luka terbuka) yang
ditemukan disana.
Pada abses hati, kadar antibodi terhadap parasit hampir
selalu tinggi.
Antibodi ini bisa tetap berada dalam darah selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, karena itu kadar antibodi yang tinggi tidak selalu menunjukkan adanya abses pada saat ini.
Jika diduga telah terbentuk abses hati, diberikan obat pemusnah amuba.[5]
Antibodi ini bisa tetap berada dalam darah selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, karena itu kadar antibodi yang tinggi tidak selalu menunjukkan adanya abses pada saat ini.
Jika diduga telah terbentuk abses hati, diberikan obat pemusnah amuba.[5]
Pengobatan
- Metronidazol untuk trophozoites invasif PLUS amoebicide lumenal bagi mereka yang masih dalam usus.
- Paromomycin (Humatin) adalah obat luminal pilihan, paromomycin (Humatin) harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan kolitis, seperti yang baik nefrotoksik dan ototoxic. Penyerapan melalui dinding yang rusak dari saluran usus dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen dan kerusakan ginjal.
- Diberikan obat pembasmi amuba per-oral (melalui mulut), seperti iodokuinol, paromomisin dan diloksanid, yang akan membunuh parasit di dalam usus.
- Untuk penyakit yang berat dan penyakit di luar usus, diberikan metronidazol atau desidroemetin.
- Tinja diperiksa ulang dalam waktu 1,3 dan 6 bulan setelah pengobatan, untuk memastikan bahwa penderita telah sembuh.
Dosis
Dosis
anjuran: Metronidazole 750 mg tid oral, selama 5 sampai 10 hari paromomycin
DIIKUTI 30 mg / kg / hari oral dalam 3 dosis sama selama 5 sampai 10 hari atau
500 mg.
Pencegahan
Cara untuk mencegah agar tidak
menderita gangguan yang disebabkan oleh Entamoeba histolitica antara
lain sebagai berikut:
- Jagalah kebersihan dengan mencuci tangan sebelum makan.[6]
·
Tidak makan makanan mentah
(sayuran,daging babi, daging sapi dan daging ikan), buah dan melon dikonsumsi
setelah dicuci bersih dengan air.
·
Minum air yang sudah dimasak mendidih
baru aman.
·
Menjaga kebersihan diri, sering gunting
kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
·
Tidak boleh buang air kecil/besar di
sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus
dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
·
Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar
harus secara rutin diadakan pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak
yang terinfeksi parasit dan mengobatinya dengan obat cacing.
·
Bila muncul serupa gejala infeksi
parasit usus, segera periksa dan berobat ke rumah sakit.
·
Meski kebanyakan penderita parasit usus
ringan tidak ada gejala sama sekali, tetapi mereka tetap bisa menularkannya
kepada orang lain, dan telur cacing akan secara sporadik keluar dari tubuh
bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak ketahuan, maka sebaiknya
secara teratur memeriksa dan mengobatinya.[7]
mohon bantuaanya kenapa entamoba histolitica yang paling berbahaya? apakah ada kandungan di stuktur selnya yng membahayakan?
BalasHapusmohon bantuaanya kenapa entamoba histolitica yang paling berbahaya? apakah ada kandungan di stuktur selnya yng membahayakan?
BalasHapusmembantu sekali (y)
BalasHapus